Yakuza Apocalypse : Saat Vampirnya Seorang Yakuza Melawan Psikopat Indonesia












Yakuza Apocalypse lebih dari sekadar film. Diarahkan oleh sutradara legandaris Takashi Miike, film itu digadang-gadang sebagai proyek idealis dengan motif aneh. Ditujukan untuk memporak-porandakan industri film dengan gayanya sendiri.




Bicara soal dunia hitam Jepang, tidak lepas dari kata Yakuza. Miike mencoba menghadirkan kisah dengan benang merah Yakuza, tetapi mengaitkan dengan mitologi-mitologi yang jauh lebih rumit. Film Jepang secara umum tidak pernah jauh dari anime atau tokoh fiksi yang penuh fantasi. Cara membahasnya pun sama. Itu yang membuat Miike gatal. Dia berbicara tentang tokoh yang diterjemahkan dengan yakin, tetapi tidak lepas dari satire-satire sosial yang ada.





Seorang Yakuza muda yang ambisius, Kageyama (Hayato Ichihara), menjadi antek tepercaya dari Boss Kamiura (Lily Franky) yang tercinta. Ia mungkin seorang gangster tetapi juga Robin Hood yang dianggap pahlawan di sekitar kota. Dia juga adalah seorang vampir. Karena itu tampaknya tidak dapat dibunuh, kecuali tentu saja dengan pemenggalan kepala. Ketika kepala bosnya yang tak berwujud menggigitnya, Kageyama, sekarang menjadi seorang vampir.  Ia mengambil sebagian dari kekuatan Kamiura. 


Tetapi kekacauan terjadi, vampir menyebar ke seluruh Yakuza. Semuanya gara-gara bos baru sembarang hisap darah. Komunitas sipil, para pembunuh dan pejuang dengan motif yang tidak dapat dipahami mulai muncul dari seluruh penjuru dunia.Termasuk seorang seniman bela diri yang menyamar sebagai turis yang hilang Kyoken (Yayan Ruhian). Juga seorang pria dengan paruh dan kulit kura-kura yang mengawasi penjara bawah tanah dimana tahanan yang menghabiskan waktu mereka dengan merajut.  






Sosok mitologi asal Jepang, Kappa, yang berwujud manusia dengan paruh tadi, hadir di tengah rumitnya perdebatan antara Yakuza vampir melawan Yakuza manusia. Kappa dihadirkan sebagai simbol sosok spiritual yang selalu hadir sebagai pembisik di tengah-tengah, yang membuat kesulitan semakin besar.







Film ini adalah omong kosong yang membusuk, pengacau pikiran, tetapi kecemerlangannya berasal dari penolakan sang sutradara untuk membedakan antara yang keren dan yang konyol. Pertempuran seni bela diri dimainkan penuh tawa, tetapi direkam dari sudut atas yang menampilkan Ichihara dan Ruhian dengan begitu indahnya.








Fans dari Asia dan gruppie Miike pastinya puas dengan Yakuza Apocalypse . Campuran aneka genre dari film-filmnya sang sutradara selama bertahun-tahun. Film ini membuat pemirsanya sering tertawa sangat keras, lebih tepatnya terutama ketika kekonyolan meningkat dalam setengah jam terakhir.  Aturan vampir (seperti  tidak akan keluar di siang hari) diabaikan. Faktanya, saat kehausan Kageyama mengarah pada penggandaan vampir yang malang di antara 'warga sipil' non-yakuza. Miike beropini darahnya, jauh lebih bergizi dari pada para mafia. Absurd total.


Comments