Time To Hunt : Kucing-kucingan Perampok dan Pembunuh Sadis









Time to Hunt (Sanyangui Sigan) adalah film crime-thriller Korea Selatan yang ditulis dan disutradarai oleh Yoon Sung-hyun. Dirilis di seluruh dunia pada 23 April 2020 oleh Netflix.

Film ini ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Berlin ke-70 pada 22 Februari 2020, menjadikannya film Korea pertama yang diputar di bagian Khusus Berlinale .Dibintangi Lee Je-hoon, Ahn Jae Hong, Choi Woo-shik, dan Park Hae-soo. Time to Hunt masuk ke dalam kategori tontonan yang layak diminati, setidaknya secara teknis.


The Gentlemen : Bocah Tetaplah Bocah Dan Terkadang Membawa SenjataLost Transmissions : Dua Musisi Berbakat Penderita Gangguan Mental 
365 Days : Mencintai Bos Mafioso Italia dalam 365 Hari
Ravers : Pesta Dansa yang Berubah Liar Akibat Virus Berbahaya
A Night of Horror : Nightmare Radio, Delapan Kisah Horor dari Penyiar Radio








Film ini diatur dalam periode distopia di mana Korea Selatan digambarkan mengalami keruntuhkan ekonominya karena mata uang mereka telah jatuh. Kemiskinan dan kejahatan merajalela. Jun, yang baru saja keluar dari penjara, terkejut dengan kenyataan negaranya. Bosan dengan situasinya, Jun kemudian meminta dua temannya untuk melakukan perampokan di kasino bawah tanah di kota. Satu perampokan terakhir. Mereka akhirnya setuju, tetapi bukan perampokan yang menjadi masalah bagi mereka tetapi apa yang ditunggu setelah itu.

Jun-seok baru saja keluar dari penjara karena perampokan sebelumnya yang dia dan teman-temannya telah lakukan. Berakhir dengan kacau dimana mata uang  won Korea  telah jatuh secara masif. Hal yabng membuat membuat pekerjaan terakhir mereka jadi tidak berharga. Jun-seok mengusulkan satu perampokan terakhir ke teman-teman baiknya: Jang-ho dan Ki-hoon, agar trio ini bisa keluar dari situasi menyedihkan mereka.


Getaway : Diculik dan Dihamili Sekte Sesat Pemuja Bayi Surga
My Spy : Agen CIA Menjaga Anak Perempuan dari Pamannya yang Bengis  
 Mulan : Ksatria Wanita Era Tiongkok Kuno yang Menyamar Jadi Laki-laki
Pesona Vanda Margraf Lee, Belia Dari Timur
The Call of The Wild : Kisah Kehidupan Anjing Manja dan Sahabatnya Pemabuk Tua
Blood Quantum : Kaum Indian Kebal Menghadapi Pandemi Zombie di Perbatasan Kanada 





Target mereka adalah rumah judi ilegal, yang menyimpan tumpukan dolar AS yang besar. Trio merekrut Sang-soo, yang sedang bekerja di rumah judi. Setelah mendapatkan senjata api dari Bong-sik - seorang teman Jun-seok di penjara - kuartet melanjutkan pencurian. Dan kembali berakhir berantakan. Mereka berhasil mengambil sejumlah besar uang tunai dan hard drive CCTV. Rupanya drive itu berisi rekaman transaksi gelap antara pemilik rumah judi dan sejumlah penjahat. Setelah pencurian, Sang-soo meminta untuk tinggal di kota sedikit lebih lama. Agar tak timbul kecurigaan, ia terus bekerja di rumah judi.


Kisah dari awal memang menjanjikan sesuatu yang menarik, didukung oleh pengaturan latar kota yang luar biasa. Visual yang sempurna untuk cerita dan dengan semua keunggulan teknis. Kamera, pencahayaan, pengeditan, semuanya sempurna. Adegan-adegan aksinya luar biasa, benar-benar luar biasa, dan sekali lagi latar yang begitu indah menjadi saksi keahlian pembuat film dalam membuat adegan-adegan aksi. Satu adegan aksi di lantai parkir ruang bawah tanah dan juga di rumah sakit disajikan dengan sangat intens dan tegang. Hampir sempurna dan jauh di atas film-film pesaing yang diproduksi jauh di luar negeri.

Guns Akimbo : Pembuat Game yang Dipaksa Jadi Karakter Pembunuh Nyata
Detective Chinatown 3 : Duet Detektif Gila Mengacau di Tokyo
Escape from Pretoria : Melarikan Diri dari Penjara Apharteid Afrika 
 Charlie's Angels: Agensi Mata-mata Wanita Melindungi Jenius Teknologi  
The Whistlers : Intrik Kekerasan dari Bucharest Menuju Pulau Bersiul di Canary




Namun, sayangnya, ritme ketegangan yang telah dibangun begitu baik; justru naskahnya sendiri menghancurkannya. Dialog sentimental sering disajikan terlalu banyak sehingga mematikan ketegangan. Sebagian penonton bisa frustrasi ketika menyadari bahwa para karakter mengabaikan urgensi situasi yang sedang terjadi. Pembunuhnya sangat profesional, dan mereka tidak cocok untuknya. Pembunuh itu seperti kucing mengejar tikus yang newbie dan mudah dipermainkan. Agak aneh, mengapa pembunuhnya melakukan semuanya? Buang-buang waktu dan energi, dan tidak ada uang tambahan, selain hanya kepuasan batin.

Gaya produksi film Korea Selatan memang sering seperti ini, menjual adegan dramatis untuk menguras emosi penonton. Momen drama yang menyentuh dapat disajikan dalam waktu singkat tanpa perlu banyak cerita latar. Bisa jadi kekuatan atau bisa juga kelemahan. Sangat disayangkan; adegan aksi fantastis dengan semua keunggulan teknis dikecewakan oleh "opera sabun" yang sama sekali tidak perlu.











Comments