There's no Such a Thing as Vampires : Komedi Horor Segar yang Menguliti Vampir dan Pria Sejati

       




Vampir adalah bunglon  atau setidaknya konsepnya. Dalam banyak budaya, vampir adalah makhluk undead literal yang memakan darah. Dalam kasus lain, ini mengambil bentuk yang lebih halus atau alegoris. Seperti yang ditemukan dalam cerita pendek Mary E. Wilkins-Freeman "Luella Miller", yang disebut vampir menyedot energi, menarik makanan dari jiwa, bukan darah. Atau lihat "The Spider" karya Hanns Heinz Ewers, di mana vampir itu mungkin sama sekali bukan vampir. Soalnya, cerita rakyat mengenai vampir adalah tempat berkembang biaknya kreativitas yang tak terbatas.




Film There’s No Such Thing as Vampires, adalah sebuah fitur baru dengan naskah yang ditulis bersama sutradara Logan Thomas dengan Aric Cushing. Film ini membuat penonton jatuh tepat di tengah aksi yang intens dan berdebar-debar. Josh Plasse berperan sebagai Josh, pahlawan kita yang keren dan sedang kabur, yang jalannya telah membawanya langsung ke mata predator yang tampak mengerikan. Dikisahkan tokoh protagonis utama film ini sedang berburu, dan mungkin menjumpai sesuatu yang ia tidak sangka-sangka.





Adegan pembukaan adalah perjalanan mendebarkan tanpa henti, saat Josh melarikan diri melintasi kota dalam upaya untuk menyelamatkan diri dari makhluk tak dikenal itu. Dia bahkan muncul di bioskop lokal yang kebetulan memutar film ikonik tahun 1922, Nosferatu. Logan Thomas tentu saja memiliki bakat untuk mengutak-atik masa lalu dan masa kini dan melapisinya dalam citra indah yang mencekam. Dalam parameter seperti itulah film ini memberikan keajaibannya pada penonton; ketika Josh melompat kembali ke mobilnya, ada sesuatu yang sangat mengerikan pada sinematografi yang merangkak di bawah kesadaran.







Namun, kemudian kejar mengejar sejenak terhenti. Ketika Josh berjumpa si cantik seksi, Ariel (Emma Holzer) di jalan raya. Dalam perjalanan ke rumah temannya, Ariel menabraknya yang berlarian di jalan. Josh kemudian membajak mobilnya. Malam telah turun, dan ada beberapa momen ketegangan tinggi, memberikan tepi tajam ala  Jeepers Creepers. Ketika siang hari akhirnya tiba, keduanya masuk ke sebuah gereja bernama Salvation: Chapel of the Martyr sebuah trik cerita yang tidak perlu untuk memperkenalkan sang pertanda, seorang biarawati bernama Sister Frank (Meg Foster). “Angin gelap telah mengeringkan semua kehidupan dari neraka ini,” dia memuntahkan orasi yang penuh warna. Meski begitu, dia membantu Ariel dan Josh. Mereka kehabisan bensin, dan ponsel mereka akan segera mati, dan ajaibnya para biarawati punya bensin yang bisa mereka bawa.



Mereka akhirnya tiba di rumah teman baik Ariel, David (Will Haden), dan grup tersebut, bersama dengan Peter (Scott Lindley), mabuk dan membicarakan film horor. Ternyata David adalah penggemar berat dan punya kecintaan mendalam pada hal-hal klasik, seperti Halloween karya John Carpenter dan Friday the 13th. Adegan awal yang menonjol jelas mengacu kepada Scream, saat David mengoreksi Peter tentang perbedaan antara yang asli dan remake akhir tahun 2000-an. Di dalam kantong samping komedi horor inilah skrip menemukan alurnya, tapi sayangnya tidak lebih dari itu.











Syukurlah, film ini mendapatkan kembali pijakan di babak ketiga untuk mengisi ulang dengan energi tegangan tinggi yang ditemukan di pembukaan. Mitologi seputar binatang itu, yang diperankan oleh Cushing, dibalut dalam beberapa efek riasan yang sangat mengerikan. Terlihat cukup menarik dan mengisyaratkan pembangunan dunia yang jauh lebih megah. Josh Plasse tidak dapat disangkal berdiri di jantung film, menyerahkan penampilan seorang pria sejati (bahkan dengan bajunya). Momen terbaiknya muncul dalam rangkaian solo, dari pembuka yang berkeringat hingga ditangkap oleh monster di babak terakhir, dan pesonanya juga memikat layar.




Emma Holzer seperti biasanya menjadi pemanis yang cukup. Tidak terlalu mencolok namun menyegarkan.  Semua hal dipertimbangkan, sangat jelas Logan Thomas sangat menyukai cerita horor. Filmnya tidak menyatu sebagai sebuah kisah horor yang solid, tapi masih ada banyak citra mengerikan untuk memuaskan segala jenis rasa lapar yang mendasar.








Comments