5 Film Nasional yang Dicekal Karena Begitu Jujur
Dunia perfilman Indonesia semakin layak diapresiasi. Terbukti meskipun didominasi film komersil jual paha dan dada, masih ada segelintir film terpuji yang menarik. Sineas lokal kian mengembangkan sayapnya tidak
hanya di Indonesia melainkan di luar negeri secara international. Tak
heran sekarang ini banyak sekali film-film Indonesia mengikuti
festival-festival film International.
Di tengah-tengah sebuah kendala dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan aturan sensors yang bergitu ketat. Meski film tersebut sangat berkualitas namun jika tidak mengikuti aturan-aturan yang ada maka film tersebut tidak akan bisa tayang di Negara sendiri karena berlabel tidak lulus sensor sehingga di cekal untuk dapat tayang di Indonesia.
Detective Dee: The Four Heavenly Kings, Kasus Misteri Rubah Berbicara
Berikut adalah 5 Film Nasional dengan misi go internasional yang justru gagal lulus sensor karena begitu jujur. Bisa dipastikan sulit untuk mendapatkan rekamannya dan menonton utuh filmnya.
12 Strong : Misi Rahasia Pasukan Elit Paska 11 September
Ternyata 5 film Indonesia yang di larang tayang di Indonesia berikut justru dapat tampil secara internasional.
#1. Lady Terminator (1988)
Acts of Violence : Cole Hauser dan Bruce Willis Menghentikan Human Trafficking
Jauh sebelum era The Raid , film ini terlebih dahulu tampil secara internasional, walaupun dicekal di negara sendiri. FIlm ini tayang di beberapa negara seperti Amerika serikat, Thailand, Jepang, Perancis dan Italia.
Di Indonesia film ini dicekal karena karena adegan seks yang terlalu vulgar dan kekerasan yang terlampau banyak. Tahun 1994, Lady Terminator akhirnya tayang dengan babatan gunting sensor sehingga hanya tayang 80 menit.
American Satan : Biografy Grup Musik Rock yang Kontroversial
Selama masa edarnya, film tersebut dibuat dua versi, yakni versi dalam negeri dan versi U.S untuk komoditi ekspor. Yang membedakan kedua versi tersebut terletak jelas pada penggunaan bahasa, serta kondisi tanpa sensor untuk konsumsi publik barat. Menggunakan judul Lady Terminator untuk peredaran versi U.S ini, benar-benar mendapat tanggapan serta apresiasi yang bagus terutama dari penikmat film grindhouse dibelahan bumi barat.
The Autopsy of Jane Doe : Mayat Tak Dikenal Meneror Ahli Otopsi
Bahkan sampai saat artikel ini ditulis, di negeri Belanda, complete box dvd special’nya masih menjadi barang buruan bagi kolektor film ekplotasi bermutu. Jauh berbanding terbalik dengan kondisi dinegeri pembuatnya, dimana film ini digolongkan ke tipikal film sampah, tapi dinegeri orang dipuja layaknya film nominasi Oscar.
Film karya Tjut Tjalil ini membuat banyak penikmat film kagum akan kegilaan film ini. Dari awal sampai akhir kita disuguhi adegan seru, absurd dan menyenangkan. Dibuat menahan nafas ketika sex scene tengah berlangsung, seru melihat adegan tembak-tembakan konyol ditiap adegan yang ada, serta tertawa geli dengan polah akting dan dialog aneh antar pemainnya. Dibintangi Yurike Prastica, Barbara Anne Constable dan Claudia Angelique Radmaker.
#2. Merdeka 17805/ Murudeka 17805 (2001)
FIlm ini menceritakan tentang sejarah Indonesia di masa penjajahan Jepang. Film ini adalah gabungan dari perusahaan film asal Jepang( Toho) dan juga Indonesia (Rapi Films). FIlm ini di cekal di Indonesia dikarenakan ceritanya sangat bertentangan dengan sejarah Indonesia. Dikuatirkan dapat menyinggung perasaan bangsa Indonesia terhadap berbagai adegan-adegan yang ada.Walau di cekal di Indonesia, ternyata film ini cukup sukses di Jepang karena dapat meraup hingga ¥550.000 kala itu.
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata sekitar 2000 orang Jepang yang menolak pulang ke tanah airnya ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945. Sebanyak 1.500 orang diantaranya turut berjuang dan tewas berperang melawan Belanda yang didukung sekutu pada masa perang kemerdekaan, 28 diantaranya dimakamkan di TMP Kalibata.
Proud Mary : Pembunuh Bayaran Wanita yang Ditaklukan Bocah
Maze Runner : The Death Cure, Jawaban Trilogi Para Pelari Labirin
Merdeka 17805 gagal lolos sensor untuk tayang di Indonesia karena pihak produser menolak untuk menghilangkan 2 adegan yang dianggap tidak layak. Adegan pertama adalah adegan seorang nenek tua yang bersujud dan mencium kaki Shimazaki sambil berucap telah menunggu legenda menjadi kenyataan dimana akan datang bangsa kulit kuning yang membebaskan mereka dari penjajahan kulit putih. Adegan kedua adalah lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan cara yang kurang hormat.
#3. Something in Way (2013)
FIlm ini memang tidak akan pernah untuk dipasarkan di Indonesia karena sang sutradara Teddy Soeriaatmaja, meyakini filmnya pasti akan dicekal. Film ini di bintangi oleh aktor terkenal, Reza Rahardian dan juga Ratu Felisha. Film ini mengusung 2 tema panas yang tabu yaitu "agama" dan juga "seks". Bahkan dalam film ini benar-benar terlihat vulgar karena selain ada adegan onani , sang aktorpun Reza, tampil tanpa sehelai benang pun.
Film Something in the Way berkisah tentang seorang supir taksi di Jakarta bernama Ahmad (Reza Rahadian) yang kecanduan hal-hal yang berbau pornografi baik bacaan maupun video seks, namun dia tak mampu melampiaskannya karena tidak mampu dalam segi ekonomi.
Insidious 4 : The Last Key : Menyibak Kisah Masa Lalu Seram Seorang Parapsikolog
Yang bisa dia lakukan adalah menikmatinya di depan televisi ataupun melalui masturbasi yang dia lakukan di dalam taksinya. Setiap malam dia sering mendengarkan obrolan teman-temannya sesama supir taksi tentang PSK atau istri mereka. Meskipun kecanduan akan hal-hal tersebut, dia juga rutin ke masjid dimana dia belajar tentang pentingnya kesucian, moral, dan Al Quran.
Suatu ketika Ahmad bertemu dan jatuh cinta kepada tetangganya, Kinar (Ratu Felisha) yang seorang pekerja seks komersial. Tiap hari Ahmad mengantar Kinar ke tempat kerjanya, namun sayang hubungan mereka terhambat oleh mucikari Kinar.
Konflik antara seks dan tekanan moral agama membuat ahmad menjadi bingung. Dia hanya ingin membebaskan Kinar dan dirinya yang selama ini hidup penuh dengan noda.
Living Among Us : 3 Hari Hidup Bersama Keluarga Vampire
Wesen : 10 Jenis dan Karakter Paling Sering Nongol di TV
#4. Act of Killing/ Jagal ( 2012).
Film ini pun juga masih membawa unsur film panas. Walaupun film ini tidak di buat oleh orang Indonesia namun film ini memperlihatkan sisi lain daripada tragedi mematikan dalam sejarah indonesia yaitu G30S. FIlm ini sebenarnya sangat unik dan juga jelas apa yang ingin di tujukan dalam film tersebut. Tak tanggung-tanggung film ini meraih banyak penghargaan salah satunya adalah academy award dan juga memangangkan BAFTRA 2014.
Anwar Congo pada zamannya adalah preman bioskop paling ditakuti. Ia dan beberapa kawannya menjadi jagal terganas pada 1965. Para sesepuh yang sangat dihormati dalam Pemuda Pancasila, organisasi yang memang dikenal mengumpulkan preman-preman untuk menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya. Tak heran film ini pun juga berkisah tentang Pemuda Pancasila, pandangan para anggota seniornya maupun yang lebih yunior tentang pembantaian 1965.
Anwar menolak untuk sekadar membuat testimoni dalam dokumenter Joshua—ia ingin membuat filem fiksinya sendiri tentang sejarah diri dan kawan-kawannya terkait 1965. Maka Anwar dkk membuat film, dan Joshua pun memfilemkan proses pembuatan filem Anwar itu. Di sini segi paling menarik dari The Act of Killing: melalui “film dalam film”, realitas dan fiksi (atau cara realitas itu ditafsirkan dalam fiksi) berkelindan tanpa cela.
#5. look of Silence/ Senyap (2015)
Di produksi tahun 2015 Senyap adalah sebuah film kolaborasi sineas Denmark, Indonesia, Norwegia, Finlandia, dan Inggris masuk dalam perebutan Piala Oscar 2016 untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Film Senyap, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan judul The Look of Silence ini, bercerita tentang sebuah sejarah kelam Indonesia. Sebuah peristiwa yang bagi sebagian orang, begitu enggan untuk dibuka kembali. Itu adalah peristiwa pembantaian simpatisan, serta orang yang disangka dan dituduh sebagai simpatisan PKI.
Film ini adalah terusan daripada film yang sebelumnya. Film ini pertama kali ditayangkan di Festival Film Venice di mana disana mendapatkan sambutan yang begitu meriah bahkan di IMBD mencapai rating 97%. Dan sama seperti film pendahulunya, film ini juga di cekal dan tidak dapat tayang di Indonesia.
Valerian And The City Of A Thousand Planets : Romantisme Penjaga Ketertiban Semesta
Film yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer ini menceritakan peristiwa ini lewat seorang tokoh bernama Adi Rukun. Kakak Adi yang bernama Ramli, termasuk salah satu orang yang tewas dalam peristiwa tersebut.
Di tengah-tengah sebuah kendala dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan aturan sensors yang bergitu ketat. Meski film tersebut sangat berkualitas namun jika tidak mengikuti aturan-aturan yang ada maka film tersebut tidak akan bisa tayang di Negara sendiri karena berlabel tidak lulus sensor sehingga di cekal untuk dapat tayang di Indonesia.
Detective Dee: The Four Heavenly Kings, Kasus Misteri Rubah Berbicara
Berikut adalah 5 Film Nasional dengan misi go internasional yang justru gagal lulus sensor karena begitu jujur. Bisa dipastikan sulit untuk mendapatkan rekamannya dan menonton utuh filmnya.
12 Strong : Misi Rahasia Pasukan Elit Paska 11 September
Ternyata 5 film Indonesia yang di larang tayang di Indonesia berikut justru dapat tampil secara internasional.
#1. Lady Terminator (1988)
Acts of Violence : Cole Hauser dan Bruce Willis Menghentikan Human Trafficking
Jauh sebelum era The Raid , film ini terlebih dahulu tampil secara internasional, walaupun dicekal di negara sendiri. FIlm ini tayang di beberapa negara seperti Amerika serikat, Thailand, Jepang, Perancis dan Italia.
Di Indonesia film ini dicekal karena karena adegan seks yang terlalu vulgar dan kekerasan yang terlampau banyak. Tahun 1994, Lady Terminator akhirnya tayang dengan babatan gunting sensor sehingga hanya tayang 80 menit.
American Satan : Biografy Grup Musik Rock yang Kontroversial
Selama masa edarnya, film tersebut dibuat dua versi, yakni versi dalam negeri dan versi U.S untuk komoditi ekspor. Yang membedakan kedua versi tersebut terletak jelas pada penggunaan bahasa, serta kondisi tanpa sensor untuk konsumsi publik barat. Menggunakan judul Lady Terminator untuk peredaran versi U.S ini, benar-benar mendapat tanggapan serta apresiasi yang bagus terutama dari penikmat film grindhouse dibelahan bumi barat.
The Autopsy of Jane Doe : Mayat Tak Dikenal Meneror Ahli Otopsi
Bahkan sampai saat artikel ini ditulis, di negeri Belanda, complete box dvd special’nya masih menjadi barang buruan bagi kolektor film ekplotasi bermutu. Jauh berbanding terbalik dengan kondisi dinegeri pembuatnya, dimana film ini digolongkan ke tipikal film sampah, tapi dinegeri orang dipuja layaknya film nominasi Oscar.
Film karya Tjut Tjalil ini membuat banyak penikmat film kagum akan kegilaan film ini. Dari awal sampai akhir kita disuguhi adegan seru, absurd dan menyenangkan. Dibuat menahan nafas ketika sex scene tengah berlangsung, seru melihat adegan tembak-tembakan konyol ditiap adegan yang ada, serta tertawa geli dengan polah akting dan dialog aneh antar pemainnya. Dibintangi Yurike Prastica, Barbara Anne Constable dan Claudia Angelique Radmaker.
#2. Merdeka 17805/ Murudeka 17805 (2001)
FIlm ini menceritakan tentang sejarah Indonesia di masa penjajahan Jepang. Film ini adalah gabungan dari perusahaan film asal Jepang( Toho) dan juga Indonesia (Rapi Films). FIlm ini di cekal di Indonesia dikarenakan ceritanya sangat bertentangan dengan sejarah Indonesia. Dikuatirkan dapat menyinggung perasaan bangsa Indonesia terhadap berbagai adegan-adegan yang ada.Walau di cekal di Indonesia, ternyata film ini cukup sukses di Jepang karena dapat meraup hingga ¥550.000 kala itu.
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata sekitar 2000 orang Jepang yang menolak pulang ke tanah airnya ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945. Sebanyak 1.500 orang diantaranya turut berjuang dan tewas berperang melawan Belanda yang didukung sekutu pada masa perang kemerdekaan, 28 diantaranya dimakamkan di TMP Kalibata.
Proud Mary : Pembunuh Bayaran Wanita yang Ditaklukan Bocah
Maze Runner : The Death Cure, Jawaban Trilogi Para Pelari Labirin
Merdeka 17805 gagal lolos sensor untuk tayang di Indonesia karena pihak produser menolak untuk menghilangkan 2 adegan yang dianggap tidak layak. Adegan pertama adalah adegan seorang nenek tua yang bersujud dan mencium kaki Shimazaki sambil berucap telah menunggu legenda menjadi kenyataan dimana akan datang bangsa kulit kuning yang membebaskan mereka dari penjajahan kulit putih. Adegan kedua adalah lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan cara yang kurang hormat.
#3. Something in Way (2013)
Something in Way (2013) via Youtube |
FIlm ini memang tidak akan pernah untuk dipasarkan di Indonesia karena sang sutradara Teddy Soeriaatmaja, meyakini filmnya pasti akan dicekal. Film ini di bintangi oleh aktor terkenal, Reza Rahardian dan juga Ratu Felisha. Film ini mengusung 2 tema panas yang tabu yaitu "agama" dan juga "seks". Bahkan dalam film ini benar-benar terlihat vulgar karena selain ada adegan onani , sang aktorpun Reza, tampil tanpa sehelai benang pun.
Film Something in the Way berkisah tentang seorang supir taksi di Jakarta bernama Ahmad (Reza Rahadian) yang kecanduan hal-hal yang berbau pornografi baik bacaan maupun video seks, namun dia tak mampu melampiaskannya karena tidak mampu dalam segi ekonomi.
Insidious 4 : The Last Key : Menyibak Kisah Masa Lalu Seram Seorang Parapsikolog
Yang bisa dia lakukan adalah menikmatinya di depan televisi ataupun melalui masturbasi yang dia lakukan di dalam taksinya. Setiap malam dia sering mendengarkan obrolan teman-temannya sesama supir taksi tentang PSK atau istri mereka. Meskipun kecanduan akan hal-hal tersebut, dia juga rutin ke masjid dimana dia belajar tentang pentingnya kesucian, moral, dan Al Quran.
Suatu ketika Ahmad bertemu dan jatuh cinta kepada tetangganya, Kinar (Ratu Felisha) yang seorang pekerja seks komersial. Tiap hari Ahmad mengantar Kinar ke tempat kerjanya, namun sayang hubungan mereka terhambat oleh mucikari Kinar.
Konflik antara seks dan tekanan moral agama membuat ahmad menjadi bingung. Dia hanya ingin membebaskan Kinar dan dirinya yang selama ini hidup penuh dengan noda.
Living Among Us : 3 Hari Hidup Bersama Keluarga Vampire
Wesen : 10 Jenis dan Karakter Paling Sering Nongol di TV
#4. Act of Killing/ Jagal ( 2012).
Film ini pun juga masih membawa unsur film panas. Walaupun film ini tidak di buat oleh orang Indonesia namun film ini memperlihatkan sisi lain daripada tragedi mematikan dalam sejarah indonesia yaitu G30S. FIlm ini sebenarnya sangat unik dan juga jelas apa yang ingin di tujukan dalam film tersebut. Tak tanggung-tanggung film ini meraih banyak penghargaan salah satunya adalah academy award dan juga memangangkan BAFTRA 2014.
Anwar Congo pada zamannya adalah preman bioskop paling ditakuti. Ia dan beberapa kawannya menjadi jagal terganas pada 1965. Para sesepuh yang sangat dihormati dalam Pemuda Pancasila, organisasi yang memang dikenal mengumpulkan preman-preman untuk menjalankan fungsi-fungsi keorganisasiannya. Tak heran film ini pun juga berkisah tentang Pemuda Pancasila, pandangan para anggota seniornya maupun yang lebih yunior tentang pembantaian 1965.
Anwar menolak untuk sekadar membuat testimoni dalam dokumenter Joshua—ia ingin membuat filem fiksinya sendiri tentang sejarah diri dan kawan-kawannya terkait 1965. Maka Anwar dkk membuat film, dan Joshua pun memfilemkan proses pembuatan filem Anwar itu. Di sini segi paling menarik dari The Act of Killing: melalui “film dalam film”, realitas dan fiksi (atau cara realitas itu ditafsirkan dalam fiksi) berkelindan tanpa cela.
#5. look of Silence/ Senyap (2015)
Di produksi tahun 2015 Senyap adalah sebuah film kolaborasi sineas Denmark, Indonesia, Norwegia, Finlandia, dan Inggris masuk dalam perebutan Piala Oscar 2016 untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Film Senyap, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan judul The Look of Silence ini, bercerita tentang sebuah sejarah kelam Indonesia. Sebuah peristiwa yang bagi sebagian orang, begitu enggan untuk dibuka kembali. Itu adalah peristiwa pembantaian simpatisan, serta orang yang disangka dan dituduh sebagai simpatisan PKI.
Film ini adalah terusan daripada film yang sebelumnya. Film ini pertama kali ditayangkan di Festival Film Venice di mana disana mendapatkan sambutan yang begitu meriah bahkan di IMBD mencapai rating 97%. Dan sama seperti film pendahulunya, film ini juga di cekal dan tidak dapat tayang di Indonesia.
Valerian And The City Of A Thousand Planets : Romantisme Penjaga Ketertiban Semesta
Film yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer ini menceritakan peristiwa ini lewat seorang tokoh bernama Adi Rukun. Kakak Adi yang bernama Ramli, termasuk salah satu orang yang tewas dalam peristiwa tersebut.
Comments
Post a Comment